Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia bukanlah suatu peristiwa yang terjadi tiba – tiba, melainkan suatu
bagian dari rangkain peristiwa yang panjang dari usaha perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Oleh sebab itu untuk dapat memahami apa yang tersirat
didalamnya harus dilihat peristiwa – peristiwa yang melatar belakanginya,
berupa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia jauh sebelumnya.
Sejarah pergerakan Republik Indonesia ditandai munculnya organisasi pergerakan nasional yang mendukung perjuangan RI.Bangkitnya bangsa Indonesia dan semangat dalam menghadapi perlawanan penjajah dengan maksud untuk dapat hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka.Maka manifestasi penderitaan rakyat yang pada masa – masa sebelumnya diekspresikan melalui gerakan rakyat yang bersifat kedaerahan, sekarang dikembangkan kedalam gerakan yang bersifat nasional.
Sejarah pergerakan Republik Indonesia ditandai munculnya organisasi pergerakan nasional yang mendukung perjuangan RI.Bangkitnya bangsa Indonesia dan semangat dalam menghadapi perlawanan penjajah dengan maksud untuk dapat hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka.Maka manifestasi penderitaan rakyat yang pada masa – masa sebelumnya diekspresikan melalui gerakan rakyat yang bersifat kedaerahan, sekarang dikembangkan kedalam gerakan yang bersifat nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAHUN
1902
1.
Organisasi Budi Utomo
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari
kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi
Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo.Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia.
Tujuan Budi Utomo
adalah menjamin kehidupan sebagai bangsa Indonesia yang terhormat.Memperbaiki pelajaran di sekolah-sekolah,
mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja
anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri,
menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi
cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak[1].
Terpilihnya
R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua, rupanya dimaksudkan agar lebih
memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif
dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Usaha memantapkan
keberadaan Budi Utomo untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah
Belanda.Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909 anggaran dasar Budi
Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul duaaliran
berikut:
1. Pihak
kanan, dibatasi
pada golongan terpelajar saja
2. Pihak
kiri, bergerak kearah kebangsaan yang demokratis
Adanya
dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan.Dr.Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan.Akibatnya gerak
Budi Utomo semakin lamban.Faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo
:
a.
Memajukan
pendidikan untuk kalangan priyayi
b.
Mementingkan
pemerintah kolonial Belanda
c.
Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan
jabatan
Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan
dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan
fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami
kemerosotan dan mundur dari arena politik.
2.
Organisasi Pergerakan Nasional
Sarekat Islam
adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai
suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah
kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji
Islam.Agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka padatanggal
18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).[2]
Organisasi
Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.Sarekat Islam berkembang pesat
karena bermotivasi agama Islam.Tujuan Sarekat
Islam adalah:
1)
mengembangkan
jiwa berdagang
2) memberi bantuan kepada anggotanya yang
mengalami kesukaran,
3) memajukan pengajaran dan semua yang
mempercepat naiknya derajat bumi putera,
4) menentang pendapat-pendapat yang keliru
tentang agama Islam,
5) tidak bergerak dalam bidang politik, dan
6) menggalang persatuan umat Islam hingga
saling tolong menolong.
Kemudian
pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR)
yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
2.
Indische
Partij (IP)
Indische
Partij didirikan pada tanggal
25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes
Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini
dimaksudkan untuk mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang
Indo dan Eropa di Indonesia.Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan
yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan
orang Belanda campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan
adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera.Perhimpunan
Indonesia dan Manifesto Politik Tujuan Indische Partij:
Ø Meresapkan
cita-cita kesatuan nasional Indonesia
Ø Memberantas
kesombongan sosial
Ø Memberantas
usaha yang membangkitkan kebencian antaragama
Ø Memperbaiki
keadaan ekonomi terutama ekonomi lemah[3]
3.
Partai
Komunis Indonesia (PKI)
Partai
Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920 di
Semarang.Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh
Sneevliet yang mendirikan
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei
1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam
ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.PKI terus berupaya
mendapatkan pengaruh dalam masyarakat.Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah
melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam.[4]
4.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas
dari keberadaan Algemeene Studie Club.Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh
situasi sosio politik yang kompleks.Pemberontakan PKI pada tahun 1926
membangkitkan semangat untuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah
kolonial Belanda. Di dirikan oleh Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo,
Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo.[5]
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung
Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI.Trilogi tersebut
mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.Tujuan
PNI adalah mencapai Indonesia merdeka atas usaha sendiri.Tujuan:
Ø Mengkritik
penindasan pemerintah Hindia Belanda
Ø Mengajak
rakyat berjuang untuk mencapai kemerdekaan
Ø Mengadakan
kerjasama dengan IP di negeri Belanda
Ø Menggembleng
semangat kebangsaan [6]
5.
Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI
dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo
(BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia.
Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
a.
menghindari segala perselisihan di antara
anggota-anggotanya;
b.
menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan
c.
mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan
organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan.Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
keretakan tersebut.
a.
Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada
masing-masing kelompoknya.
b.
Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
6. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Pada tahun 1939 dr. Sutomo
mendirikan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Pada tahun 1939 PBI dan PBU
dilebur jadi Parindra. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya mulai,
dan sempurna. Parindra secara resmi berdiri pada tanggal 26 Desember 1935 dan
berpusat di Surabaya.Tokoh-tokoh nya adalah moh. Husni Thamrin, R. Sukardjo
Wirjopranoto, R. Pandji Suroso, Wuryaoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.[7]
7.
Gerakan
Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan
Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane,
dan Moh. Yamin.Dasar dan tujuannya asadalah mencapai kemerdekaan dibidang politik, ekonomi da sosial.[8]
8. Gabungan Politik
Indonesia (Gapi)
Pada
tanggal 15 Juli 1936, partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara
Belanda di mana anggotanya mempunyai hak yang sama. Tujuan
Gapi adalah menuntutpemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan
Indonesia Berparlemen.[9]
Muhammadiyah
adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau
pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala
jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad. Di samping Muhammadiyah, gerakan
keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan bangsa antara lain,[10]
berikut ini:
a.
Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925
di Jakarta.
b.
Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari
1926 di Surabaya, Jawa Timur.
10. Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah
Tri Koro Dharmo.Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta
atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman,
dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang
anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan
ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi,
bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya.
Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga
diberi nama Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya :
1. Ingin
menghidupkan persatuan dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura,
Bali, dan Lombok.
2. Kerja
sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan.
Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas
seperti berikut:
1.
Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera
pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
2.
Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
3.
Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya
Indonesia.
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat
kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong
Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten
Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita
juga tidak mau ketinggalan.Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari
Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan
sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi
Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan
dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang
merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan
Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916
di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun
1918.Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang
pengajar Kautamaan Istri di tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912
didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna,
yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan
nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada perkumpulan wanita yang
bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan
ke arah emansipasi.Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat
seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa.Beliau
mendirikan perkumpulan yang bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya
(PIKAT) pada tahun 1917.PIKAT dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian
Putri.Dalam perkembangannya, perkumpulan-perkumpulan wanita itu melaksanakan
kongres yang dikenal dengan ‘Kongres Perempuan Indonesia”.[11]
B. ANGKATAN
1928
1.
Pernyataan Moh. Yamin
Menurut Soegondo, Yamin juga
lebih mengedepankan imajinasinya sebagai seorang sastrawan. Penulis beberapa
kumpulan puisi, juga penerjemah buku William Shakespeare dan Rabindranath
Tagore ini, misalnya, menyebut persatuan dan kebangsaan Indonesia adalah hasil
pikiran dan kemauan sejarah yang sudah beratus-ratus tahun
umurnya."Semangat yang selama ini tertidur itu sekarang telah
bangun.Inilah yang dinamakan roh Indonesia," ucap Yamin."Ini
kata-kata yang bombastis, tapi sebaliknya tampak brilian bagi orang-orang muda
yang mendengarnya saat itu," ujar Soegondo.[12]
Yamin
pula yang "memelintir" fakta peserta kongres demi mendapat
pemberitaan luas oleh media massa. Dalam pidatonya, Yamin berkata bahwa ia
merasa gembira berbicara di muka persidangan itu, karena para peserta yang
hadir datang dari seluruh Indonesia. Ia memberikan kesan seolah-olah pemuda
yang hadir dalam kongres itu baru datang dengan menggunakan kapal atau
perjalanan darat dari seluruh Indonesia. Padahal utusan kongres yang mewakili
daerah kebanyakan datang dari Jakarta dan kota-kota di Jawa."Ia lebih
mengutamakan efek daripada kebenaran," ucap Soegondo.
Namun bukan berarti Yamin tak punya gagasan yang utuh. Sejak Kongres
Pemuda I yang berlangsung pada 30 April 1926 sampai 2 Mei 1926 di Jakarta,
Yamin mengusulkan untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Di
depan kongres yang diketuai Mohammad Tabrani itu, Yamin yang pernah bersekolah
di Algemeene Middlebare School (semacam sekolah menengah atas bagian sastra
Timur di Yogyakarta) menyebutkan bahwa jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa dan Melayu.
Tapi dari dua bahasa itu, kata Yamin, bahasa Melayulah yang lambat-laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Tabrani, yang aktif di perkumpulan Jong Java, menolak usul
itu.Menurut dia, harus ada satu bahasa persatuan yang sesuai dengan tujuan awal
peserta kongres, yakni satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa."Kalau Nusa
itu bernama Indonesia, Bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasanya harus
disebut Bahasa Indonesia," ucap Tabrani kala itu. Yamin menerima penolakan
tersebut dan sejak itu ia bekerja keras memikirkan resolusi yang tepat, yang
bisa diterima dan menyatukan semua kelompok bangsa.
Ihwal bahasa persatuan itu tak hanya disampaikan Yamin saat kongres
pertama.Jauh sebelumnya, saat berumur 17 tahun, Yamin yang lahir pada 23
Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat itu telah menyampaikan
gagasannya agar menjadikan bahasa.Melayu sebagai bahasa persatuan orang
Sumatera. Gagasan itu kembali dihidupkan ketika ia menghadiri perayaan ulang
tahun kelima perkumpulan Jong Sumatranen Bond, di Jakarta pada 1923. Dalam
pertemuan itu Yamin menyampaikan sebuah pidato berjudul "De Maleiche Taal
in het verleden, heden en in de toekomst", yang berarti "Bahasa
Melayu, pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan".
2.
Munculnya Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas
dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah
organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh
keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan
menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.Pertemuan awal dilaksanakan
tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda I, yang
bertugas menyusun tujuan kongres.Diputuskan pelaksanaan kongres I mulai tanggal
30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan
Kongres Pemuda I adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan
kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda
kebangsaan. Hal yang menjadi agenda pembicaraan adalah tentang usulan bahasa
Indonesia yaitu bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk
semua perkumpulan pemuda, tidak ada keputusan.Setelah berlangsungnya kongres
pertama, para pemuda semakin tergerak untuk menindaklanjuti dengan melakukan
kongres berikutnya.[13]
Oleh karena itu, setelah diawali pertemuan
pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti berikut :
1.
Ketua :
Sugondo Joyopuspito
2.
Wakil ketua : Djoko Marsaid
3.
Sekretaris : Mohammad Yamin
4.
Bendahara : Amir Syarifudin
5.
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo
Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres
Pemuda II berlangsung sejak tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28
Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan sebanyak tiga kali rapat :
1.
Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di
Waterloopein.
2.
Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost
Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
3.
Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung
Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Di
ruang utama gedung Indonesische Clubhuis (rumah perkumpulan Indonesia), yang
sejak tanggal 20 Mei 1974 ditetapkan sebagai gedung Sumpah Pemuda, Sugondo
Joyopuspito membacakan hasil keputusan Kongres (Mail Report No. 1066x/28 No.
J/302-Eigenhandig) sebagai berikut.
Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang
selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.Pada
malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh
penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda
1928, pada tanggal 24 - 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati
pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah
mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja
komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember
1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan
fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah
kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para
anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat nonkooperatif).[14]
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa
Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia
memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses
kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan
rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis
pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda
pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup
orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat
Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada
17 Agustus 1945.
Rumusan
Sumpah Pemuda ditulis Moehammad
Yamin pada
sebuah kertas ketika Mr.
Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada
sesi terakhir kongres.Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan
kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Kongres
Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari
seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil
organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong
Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari
pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang
dan Tjoi Djien Kwie.[15]
Dalam
peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu
Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak
surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu
adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial
hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
3.
Latar Belakang Bangsa Indonesia
Pada tahun
1944 peta Perang Asia Pasifik mulai berubah. Setelah Jendral Mac. Arthur
sebagai panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat Daya yang terpukul di
Filipina mulai melancarkan serangan balasan denagn siasat “Loncat katanya”.
Satu persatu pulau – pulau Australia dan Jepang dapat direbut kembali. Pada
April 1944, sekutu telah mendara di Irian Barat, kemudian Jepang pun makin
terhinpit. Pada Juli 1944 Pulau Saipan pada Gugusan Kepulauan Marianan jatuh ke
tangan Sekutu.[16]
Sebagai realisasi
dan janji kemerdekaan yang di ucapkan Koiso, maka pimpinan pemerintahan
penduduk Jepang dibawah pimpinan Letnan Jendral Kumakici Harada pada 1 Maret
1945 mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapak
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu
Junbi Coosakai). Tugas BPUPKI
adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal – hal yang penting yang
berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia
merdeka.
BPUPKI
memeliki anggota sebanyak 67 orang warga bangsa Indonesia ditambah 7 orang dari
golongan Jepang. BPUPKI diketahui oleh dr. KRK. Radjiman Wediodiningrat dan
dibantu oleh dua orang ketua muda, yaitu R. P. Suroso dan Ichibangse dari
Jepang. Anggota BPPUPKI dilantik pada 28 Mei 1945 di Gedung Cuo Sangi In, Jalan
Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri).
Sidang pertama
berlangsung antara 29 Mei – 1 Juni 1945, membahas rumusan dasar negara. Sidang
kedua berlangsung pada 10 – 16 Juli 1945, membahas Batang Tubuh UUD Negara
Indonesia Merdeka.
BPUPKI
dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan sebagai gantinya dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau Dokuritsu
Jinbi Inkai) PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno.
Kedatangan
Jepang semakin terjepit setelah dua kota di Jepang di bom atom oleh sekutu
yaitu di kota Nagasaki dan Horosima. Jepang menjadi tak berdaya dan menyerah
tanpa syarat kepada sekutu.[17]
C. ANGKATAN
1945
1.
Sejarah RI tahun 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia
bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba, melainkan merupakan
suatu bagian dari rangkaiaan peristiwa yang panjang dari suatu perjuangan
kemerdekann bangsa Indoneia. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami apa yang
tersirat di dalamnya harus dilihat
peristiwa – peristiwa yang melatarbelakanginya, berupa perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia jauh sebelumnya.
Sejak bangsa Indonesia dijajah maka saat
itu pula lahir perjuangan menentang penjajahan guna merebut kembali
kemerdekaannya. Cita-ciata perjuangan itu mungkin nyata bentuknya ketika pada
tanggal 20 Mei 1908 lahir Budi Utoma dan 28 Oktober 1928 dicetuskanSupah
Pemuda.
Akibat perang pasifik, indonesia direbut
oleh jepang dari tangan penjajah Belanda. Dalam situasi perang selanjutnya
Jepang mengalami kekalahan demi kekalahan, sehingga mereka memerlukan bantuan
bangsa Indonesia, dengan imbalan akan memberi kemerdekaan. Untuk melaksanakan
janjinya dibentuklah BPUPK pada tanggal 28 April 1945, yang dalam
sidang-sidangnya berhasil membuat rencana Dasar Negara serta rancangan
pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.Setelah tugas BPUPK selesai, dibentuklah
sebagai gantinya PPKI yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan bagi pendiriaan negara dan pemerintah Indonesia.[18]
2.
Peristiwa
Rengasdengklok
Peristiwa
Rengasdengklok adalah peristiwa yang diawali dari adanya perbedaan antara
golongan muda dengan golongan tua tentang waktu dan cara pelaksanaan
proklamasi. Golongan muda menghendaki agar proklamasi dilaksanakan secepatnya
tanpa melalui sidang PPKI (18 Agustus 1945), sadangkan golongan tua menghendaki
agar proklamasi dirapatkan terlabih dahulu melalui Sidang PPKI.[19]
Peristiwa
Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 dini hari. Para pemuda membaawa Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdongklok. Tugas untuk membawa kedua tokoh ini
dilaksanakan Shodanco Singgih dari Daidan PETA di Jakarta.
Pertimbangan
keputusan mengamankan kedua kota tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Proklamasi
Kemerdekaan yang lepas dari pengaruh pihak manapun, termasuk Jepang, harus
tetap dilaksanakan.
b.
Soekarno
dan Hatta diamankan keluar Jakarta agar sama sekali terlepas dari pengaruh
Jepang sehingga mereka memproklamasikan kemerdekaan sesuai kemauan kalangan
pemuda.
Selama sehari
penuh tokoh tersebut berada di Rengasdengklok di bahwa pengaruh pemuda PETA.
3.
Sejarah Menuju Kemerdekaan
Sekitar pukul
21.00 WIB, Soekarno dan Hatta sudah sampai di Jakarta dan angsung menuju ke
rumah lAksamana Maeda di jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks
proklamasi. Dalam kondisi demikian peran Laksamana Maeda cukup penting. Sebagai
orang Jepang, dia menunjukkan kebesaran moralnya bahwa kemerdekaan merupakan
aspirasi alamiah dan merupakan hak setiap bangsa termasuk Indonesia. Rapat
penyusunan teks proklamasi tersebut terus berlangsung sampai 17 Agustus 1945
dini hari. Teks proklamasi disusun oleh tiga tokoh pejuang Indonesia. Alinea
pertama dibuat oleh Ahmad Soebardjo, alinea kedua disusun ole Moh. Hatta, dan
yang menuis adalah Ir. Soekarno. Walaupun tulisan banyak coretan, tai hal ini
menunjukkan bahwa ciri khas bangsa Indonesia mengutamakan musyawarah mufakat.
Setelah
selesai, oleh Ir. Soekarno dibacakan di hadapan yang hadir. Semua setuju, hasil
rumusan teks proklamasi kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa
perubahan. Dan atas usul Sukarni, naskah yang diketik ditandatangani oleh Ir, Soekarno
dan Moh. Hatta atas nama bansa Indonesia.[20]
Konsep
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terdiri dari dua kalimat :
1) Kalimat pertama merupakan pernyataan keinginan bangsa
Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
2) Kalimat kedua merupakan pernyataan mengenai pemindahan
kekuasaan.
4.
Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan
a.
Tempat
pembacaan teks proklamasi
Pembacaan teks
proklamasi menurut rencana akan dilaksanakan di lapangan IKADA. Berhubung rencana
ini tercium Jepang, pagi itu lapangan IKADA telah dijaga ketat pasukan Jepang.
Tempat upacara dipindah di kediaman Ir. Soekarno, Jln. Pegangsaan Timur 56
Jakarta. Persiapan dipimpin Mr. Wiloko, pengeras suara mikrofon meminjam dari
Toko Radio Satrri milik Gunawan. Keamanan dilakukan oleh pasukan PETA dibawah
pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Shodanco Arifin Abdurrahman.
b.
Upacara
Proklamasi
Upacara
Proklamasi berlangsung tanpa protokol, setelah Shodanco Latief Hendraningrat menyiapkan barisan, Soekarno
dan Hatta berdiri di tempat yang ditentukan. Kemudian Soekarno maju mendekati
mikrofon.[21]
Tepat puku
10.30 waktu Jawa atau pukul 12.00 waktu Tkyo, atau pukul 10.00 WIB upacara
dimulai. Sebelum membaca teks proklamasi,
Ir. Soekarno mengucapkan pidato pebdahuluan singkat dengan ucapan yang
berapi – api. Inti pidato Ir. Soekarno adalah sebagai berikut :
1.
Meski
mengalami pasang surut, perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan
tidak pernah berhenti.
2.
Dengan
tenaga dan kekuatan sendiri, bangsa Indonesia bertekad bulat menentukan nasib
bangsa dan tanah air.
Pembacaan teks
proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno didampingi Moh. Hatta. Pengibaran
bendara merah putih yang dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendraningrat
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera yang dikibarkan dibuat oleh Ibu
Fatmawati, istri Bung Karno. Pengibaran selesai, di lanjutkan dengan pidato
yang dibawakan oleh Suwirjo, Walikota Jakarta, dan dr. Moewardi. Upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia hannya berlangsung 1 jam. Walaupun singkat dan
sederhana, peistiwa 17 Agustus 1945 ini membawakan perubahan fundamental bagi
bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Sejarah pergerakan Republik Indonesia tahun 1902 memiliki
ciri berifat kederahan mengandalkan perjuangan dengan senjata, waktu perlawanan
tidak bersamaan tergantung pada pimpinan, tujuan kurang jelas.
Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia ditandai
dengan berdirinya orgnisasi – organisasi yang bergerak dalam berbagai bidang
pendidikan, sosial, keagamaan, dan politik seperti Budi Utomo, sarekat Islam,
Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI, Partai Indonesia Raya
(Parindra), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindra), Gabungan Polotik Indonesia
(GAPI) berkembang pada tahun 1928 – 1945.
Pada kongres sumpah pemuda yang diketahui Sugondo Joyo
Puspito tampil tokoh – tokoh pemuda yang memberi ceramah seperti Moh. Yamin
tanggal 27 Oktober 1928 dengan Judul “ Persatuan dan Kebangsaan Indonesia”.
Sejarah Republik Indonesia tahun 1945 dalam menuju kemerdekaan melalui
peristiwa Rengasdengklok.
Daftar
Pustaka
Badrika, I Wayan. 2004. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Jakarta : Erlangga.
Daman, Drs Pozikin. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta : Rajawali.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia. Baru ; Sejarah
Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai nasionalisme. Jakarta : Gramedia.
Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoned Puponegoro. 2010. Sejarah Nasional
Edisin Pemutakiran Jilid V dan VI. Jakarta : Balai Pustaka.
Salam, Drs. H. Burhanuddin. 1999. Falsafat Pancasila. Jakarta : Rineka
Cipta.
[1]Drs.
Rozikin Daman,” Pancasila Dasar Falsafah Negara,”(Jakarta:Rajawali Pers,1992).
Hlm:31-32
[2]
Drs. Rozikin Daman, “Pancasila Dasar Falsafah Negara,”(Jakarta:Rajawali
Pers,1992). Hlm:32
[3]Sartono kartodirdjo,” Pengantar Sejarah
Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:26
[4]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah
Indonesia Baru ”,(Jakarta:Gramedia). Hlm:27
[5]Ibid, Hlm:29
[6]Nugroho Notosusanto dan Marwati,Sejarah
Nasional Edisi Pemutakiran Jilid V dan VI”,(Jakarta:Bali Pustaka). Hlm:47
[9]Nugroho Notosusanto dan Marwati,”Sejarah
Nasional Edisi Pemutakiran Jilid V dan VI”,(Jakarta:Balai Pustaka). Hlm:48
[10]Ibid, Hlm:49
[11]Nugroho Notosusanto dan Marwati,”Sejarah
Nasional Edisi Pemutakiran jilid Vdan VI”,(Jakarta:Balai Pustaka,2010). Hlm:49
[12]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah
Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:30
[13]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah
Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia;1992). Hlm:31
[14]Drs. Rozikin Daman,”Pancasila Dasar
Falsafah Negara”,(Jakarta:Rajawali Pers,1992). Hlm:34
[15]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah
Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:31
[16]Nugroho Susanto dan Marwarti,”Sejarah
Nasional Edisi Pemutakiran Jilid V dan VI”,(Jakarta:Balai Pustaka). Hlm:2-3
[17]I Wayan Badrika,”Sejarah Nasional
Indonesia dan Umum”,(Jakarta:Erlangga). Hlm:298
[18]Sartono Kartodirdjo,” Pengantar sejarah
Indonesia Baru”, (Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:35
[19]Ibid, Hlm: 36
[20]I Wayan Badrika,” Sejarah Nasional
Indonesia dan Umum”,(Jakarta:Erlangga,2004). Hlm:299
[21]Drs. H. Burhanudin Salam, Filsafat Dasar
Pancasilaisme”,(Jakarta:Rineka Cipta,1996). Hlm:12-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar