Powered By Blogger

Senin, 16 April 2012

SEJARAH PERGERAKAN REPUBLIK INDONESIA


 
BAB I 
PENDAHULUAN
           Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bukanlah suatu peristiwa yang terjadi tiba – tiba, melainkan suatu bagian dari rangkain peristiwa yang panjang dari usaha perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu untuk dapat memahami apa yang tersirat didalamnya harus dilihat peristiwa – peristiwa yang melatar belakanginya, berupa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia jauh sebelumnya. 
            Sejarah pergerakan Republik Indonesia ditandai munculnya organisasi pergerakan nasional yang mendukung perjuangan RI.Bangkitnya bangsa Indonesia dan semangat dalam menghadapi perlawanan penjajah dengan maksud untuk dapat hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka.Maka manifestasi penderitaan rakyat yang pada masa – masa sebelumnya diekspresikan melalui gerakan rakyat yang bersifat kedaerahan, sekarang dikembangkan kedalam gerakan yang bersifat nasional. 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    TAHUN 1902
1.         Organisasi Budi Utomo
            Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo.Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia.

Tujuan Budi Utomo adalah menjamin kehidupan sebagai bangsa Indonesia yang terhormat.Memperbaiki pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak[1].
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua, rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda.Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909 anggaran dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul duaaliran berikut:
1.      Pihak kanan, dibatasi pada golongan terpelajar saja
2.      Pihak kiri, bergerak kearah kebangsaan yang demokratis
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan.Dr.Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan.Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.Faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo :
a.    Memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi 
b.   Mementingkan pemerintah kolonial Belanda
c.    Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan
 Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.

2.         Organisasi Pergerakan Nasional
1.      Sarekat Islam (SI)
Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam.Agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka padatanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).[2]
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam.Tujuan Sarekat Islam adalah:
1)      mengembangkan jiwa berdagang
2)      memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
3)      memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
4)      menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
5)      tidak bergerak dalam bidang politik, dan
6)      menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).

2.      Indische Partij (IP)

Indische Partij didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan untuk mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia.Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera.Perhimpunan Indonesia dan Manifesto Politik Tujuan Indische Partij:
Ø  Meresapkan cita-cita kesatuan nasional Indonesia
Ø  Memberantas kesombongan sosial
Ø  Memberantas usaha yang membangkitkan kebencian antaragama
Ø  Memperbaiki keadaan ekonomi terutama ekonomi lemah[3]
3.      Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920 di Semarang.Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet yang mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
 Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat.Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam.[4]

4.      Partai Nasional Indonesia (PNI)

Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club.Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Di dirikan oleh Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo.[5]
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI.Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka atas usaha sendiri.Tujuan:
Ø  Mengkritik penindasan pemerintah Hindia Belanda
Ø  Mengajak rakyat berjuang untuk mencapai kemerdekaan
Ø  Mengadakan kerjasama dengan IP di negeri Belanda
Ø  Menggembleng semangat kebangsaan [6]

5.      Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
a.       menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
b.      menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan
c.       mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan.Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan tersebut.
a.       Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b.      Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c.       Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.

6.      Partai Indonesia Raya (Parindra)

Pada tahun 1939 dr. Sutomo mendirikan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Pada tahun 1939 PBI dan PBU dilebur jadi Parindra. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya mulai, dan sempurna. Parindra secara resmi berdiri pada tanggal 26 Desember 1935 dan berpusat di Surabaya.Tokoh-tokoh nya adalah moh. Husni Thamrin, R. Sukardjo Wirjopranoto, R. Pandji Suroso, Wuryaoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.[7]

7.      Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin.Dasar dan tujuannya asadalah mencapai kemerdekaan dibidang politik, ekonomi da sosial.[8]
8.      Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya mempunyai hak yang sama. Tujuan Gapi adalah menuntutpemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen.[9]
9.      Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad. Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan bangsa antara lain,[10] berikut ini:
a.       Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b.      Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c.       Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.

10.  Organisasi Pemuda dan Wanita

Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo.Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya. Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya :
1.      Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
2.      Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas seperti berikut:
1.      Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
2.      Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
3.      Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan.Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918.Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa.Beliau mendirikan perkumpulan yang bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917.PIKAT dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.Dalam perkembangannya, perkumpulan-perkumpulan wanita itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan ‘Kongres Perempuan Indonesia”.[11]
B.     ANGKATAN 1928
1.             Pernyataan Moh. Yamin
Menurut Soegondo, Yamin juga lebih mengedepankan imajinasinya sebagai seorang sastrawan. Penulis beberapa kumpulan puisi, juga penerjemah buku William Shakespeare dan Rabindranath Tagore ini, misalnya, menyebut persatuan dan kebangsaan Indonesia adalah hasil pikiran dan kemauan sejarah yang sudah beratus-ratus tahun umurnya."Semangat yang selama ini tertidur itu sekarang telah bangun.Inilah yang dinamakan roh Indonesia," ucap Yamin."Ini kata-kata yang bombastis, tapi sebaliknya tampak brilian bagi orang-orang muda yang mendengarnya saat itu," ujar Soegondo.[12]
Yamin pula yang "memelintir" fakta peserta kongres demi mendapat pemberitaan luas oleh media massa. Dalam pidatonya, Yamin berkata bahwa ia merasa gembira berbicara di muka persidangan itu, karena para peserta yang hadir datang dari seluruh Indonesia. Ia memberikan kesan seolah-olah pemuda yang hadir dalam kongres itu baru datang dengan menggunakan kapal atau perjalanan darat dari seluruh Indonesia. Padahal utusan kongres yang mewakili daerah kebanyakan datang dari Jakarta dan kota-kota di Jawa."Ia lebih mengutamakan efek daripada kebenaran," ucap Soegondo.
Namun bukan berarti Yamin tak punya gagasan yang utuh. Sejak Kongres Pemuda I yang berlangsung pada 30 April 1926 sampai 2 Mei 1926 di Jakarta, Yamin mengusulkan untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Di depan kongres yang diketuai Mohammad Tabrani itu, Yamin yang pernah bersekolah di Algemeene Middlebare School (semacam sekolah menengah atas bagian sastra Timur di Yogyakarta) menyebutkan bahwa jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, kata Yamin, bahasa Melayulah yang lambat-laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Tabrani, yang aktif di perkumpulan Jong Java, menolak usul itu.Menurut dia, harus ada satu bahasa persatuan yang sesuai dengan tujuan awal peserta kongres, yakni satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa."Kalau Nusa itu bernama Indonesia, Bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasanya harus disebut Bahasa Indonesia," ucap Tabrani kala itu. Yamin menerima penolakan tersebut dan sejak itu ia bekerja keras memikirkan resolusi yang tepat, yang bisa diterima dan menyatukan semua kelompok bangsa.
Ihwal bahasa persatuan itu tak hanya disampaikan Yamin saat kongres pertama.Jauh sebelumnya, saat berumur 17 tahun, Yamin yang lahir pada 23 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat itu telah menyampaikan gagasannya agar menjadikan bahasa.Melayu sebagai bahasa persatuan orang Sumatera. Gagasan itu kembali dihidupkan ketika ia menghadiri perayaan ulang tahun kelima perkumpulan Jong Sumatranen Bond, di Jakarta pada 1923. Dalam pertemuan itu Yamin menyampaikan sebuah pidato berjudul "De Maleiche Taal in het verleden, heden en in de toekomst", yang berarti "Bahasa Melayu, pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan".


2.             Munculnya Sumpah Pemuda
            Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.Pertemuan awal dilaksanakan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda I, yang bertugas menyusun tujuan kongres.Diputuskan pelaksanaan kongres I mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Hal yang menjadi agenda pembicaraan adalah tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda, tidak ada keputusan.Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin tergerak untuk menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya.[13]
 Oleh karena itu, setelah diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti berikut :
1.      Ketua          : Sugondo Joyopuspito
2.      Wakil ketua : Djoko Marsaid
3.      Sekretaris    : Mohammad Yamin
4.      Bendahara   : Amir Syarifudin
5.      Pembantu    : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan sebanyak tiga kali rapat :
1.      Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
2.      Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
3.      Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Di ruang utama gedung Indonesische Clubhuis (rumah perkumpulan Indonesia), yang sejak tanggal 20 Mei 1974 ditetapkan sebagai gedung Sumpah Pemuda, Sugondo Joyopuspito membacakan hasil keputusan Kongres (Mail Report No. 1066x/28 No. J/302-Eigenhandig) sebagai berikut.
Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.Pada malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda 1928, pada tanggal 24 - 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember 1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat nonkooperatif).[14]

Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres.Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.[15]
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
3.             Latar Belakang Bangsa Indonesia
Pada tahun 1944 peta Perang Asia Pasifik mulai berubah. Setelah Jendral Mac. Arthur sebagai panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat Daya yang terpukul di Filipina mulai melancarkan serangan balasan denagn siasat “Loncat katanya”. Satu persatu pulau – pulau Australia dan Jepang dapat direbut kembali. Pada April 1944, sekutu telah mendara di Irian Barat, kemudian Jepang pun makin terhinpit. Pada Juli 1944 Pulau Saipan pada Gugusan Kepulauan Marianan jatuh ke tangan Sekutu.[16]
Sebagai realisasi dan janji kemerdekaan yang di ucapkan Koiso, maka pimpinan pemerintahan penduduk Jepang dibawah pimpinan Letnan Jendral Kumakici Harada pada 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapak Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai). Tugas BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal – hal yang penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka.
BPUPKI memeliki anggota sebanyak 67 orang warga bangsa Indonesia ditambah 7 orang dari golongan Jepang. BPUPKI diketahui oleh dr. KRK. Radjiman Wediodiningrat dan dibantu oleh dua orang ketua muda, yaitu R. P. Suroso dan Ichibangse dari Jepang. Anggota BPPUPKI dilantik pada 28 Mei 1945 di Gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri).
Sidang pertama berlangsung antara 29 Mei – 1 Juni 1945, membahas rumusan dasar negara. Sidang kedua berlangsung pada 10 – 16 Juli 1945, membahas Batang Tubuh UUD Negara Indonesia Merdeka.
BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau Dokuritsu Jinbi Inkai) PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno.
Kedatangan Jepang semakin terjepit setelah dua kota di Jepang di bom atom oleh sekutu yaitu di kota Nagasaki dan Horosima. Jepang menjadi tak berdaya dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu.[17]

C.     ANGKATAN 1945
1.         Sejarah RI tahun 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba, melainkan merupakan suatu bagian dari rangkaiaan peristiwa yang panjang dari suatu perjuangan kemerdekann bangsa Indoneia. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami apa yang tersirat  di dalamnya harus dilihat peristiwa – peristiwa yang melatarbelakanginya, berupa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia jauh sebelumnya.
Sejak bangsa Indonesia dijajah maka saat itu pula lahir perjuangan menentang penjajahan guna merebut kembali kemerdekaannya. Cita-ciata perjuangan itu mungkin nyata bentuknya ketika pada tanggal 20 Mei 1908 lahir Budi Utoma dan 28 Oktober 1928 dicetuskanSupah Pemuda.
Akibat perang pasifik, indonesia direbut oleh jepang dari tangan penjajah Belanda. Dalam situasi perang selanjutnya Jepang mengalami kekalahan demi kekalahan, sehingga mereka memerlukan bantuan bangsa Indonesia, dengan imbalan akan memberi kemerdekaan. Untuk melaksanakan janjinya dibentuklah BPUPK pada tanggal 28 April 1945, yang dalam sidang-sidangnya berhasil membuat rencana Dasar Negara serta rancangan pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.Setelah tugas BPUPK selesai, dibentuklah sebagai gantinya PPKI yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan bagi pendiriaan negara dan pemerintah Indonesia.[18]

2.         Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa yang diawali dari adanya perbedaan antara golongan muda dengan golongan tua tentang waktu dan cara pelaksanaan proklamasi. Golongan muda menghendaki agar proklamasi dilaksanakan secepatnya tanpa melalui sidang PPKI (18 Agustus 1945), sadangkan golongan tua menghendaki agar proklamasi dirapatkan terlabih dahulu melalui Sidang PPKI.[19]
Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 dini hari. Para pemuda membaawa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdongklok. Tugas untuk membawa kedua tokoh ini dilaksanakan Shodanco Singgih dari Daidan PETA di Jakarta.
Pertimbangan keputusan mengamankan kedua kota tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Proklamasi Kemerdekaan yang lepas dari pengaruh pihak manapun, termasuk Jepang, harus tetap dilaksanakan.
b.      Soekarno dan Hatta diamankan keluar Jakarta agar sama sekali terlepas dari pengaruh Jepang sehingga mereka memproklamasikan kemerdekaan sesuai kemauan kalangan pemuda.
Selama sehari penuh tokoh tersebut berada di Rengasdengklok di bahwa pengaruh pemuda PETA.

3.         Sejarah Menuju Kemerdekaan
Sekitar pukul 21.00 WIB, Soekarno dan Hatta sudah sampai di Jakarta dan angsung menuju ke rumah lAksamana Maeda di jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian peran Laksamana Maeda cukup penting. Sebagai orang Jepang, dia menunjukkan kebesaran moralnya bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan merupakan hak setiap bangsa termasuk Indonesia. Rapat penyusunan teks proklamasi tersebut terus berlangsung sampai 17 Agustus 1945 dini hari. Teks proklamasi disusun oleh tiga tokoh pejuang Indonesia. Alinea pertama dibuat oleh Ahmad Soebardjo, alinea kedua disusun ole Moh. Hatta, dan yang menuis adalah Ir. Soekarno. Walaupun tulisan banyak coretan, tai hal ini menunjukkan bahwa ciri khas bangsa Indonesia mengutamakan musyawarah mufakat.
Setelah selesai, oleh Ir. Soekarno dibacakan di hadapan yang hadir. Semua setuju, hasil rumusan teks proklamasi kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan. Dan atas usul Sukarni, naskah yang diketik ditandatangani oleh Ir, Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bansa Indonesia.[20]
Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terdiri dari dua kalimat :
1)      Kalimat pertama merupakan pernyataan keinginan bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
2)      Kalimat kedua merupakan pernyataan mengenai pemindahan kekuasaan.
4.         Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan
a.       Tempat pembacaan teks proklamasi
Pembacaan teks proklamasi menurut rencana akan dilaksanakan di lapangan IKADA. Berhubung rencana ini tercium Jepang, pagi itu lapangan IKADA telah dijaga ketat pasukan Jepang. Tempat upacara dipindah di kediaman Ir. Soekarno, Jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Persiapan dipimpin Mr. Wiloko, pengeras suara mikrofon meminjam dari Toko Radio Satrri milik Gunawan. Keamanan dilakukan oleh pasukan PETA dibawah pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Shodanco Arifin Abdurrahman.
b.      Upacara Proklamasi
Upacara Proklamasi berlangsung tanpa protokol, setelah Shodanco Latief  Hendraningrat menyiapkan barisan, Soekarno dan Hatta berdiri di tempat yang ditentukan. Kemudian Soekarno maju mendekati mikrofon.[21]
Tepat puku 10.30 waktu Jawa atau pukul 12.00 waktu Tkyo, atau pukul 10.00 WIB upacara dimulai. Sebelum membaca teks proklamasi,  Ir. Soekarno mengucapkan pidato pebdahuluan singkat dengan ucapan yang berapi – api. Inti pidato Ir. Soekarno adalah sebagai berikut :
1.      Meski mengalami pasang surut, perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidak pernah berhenti.
2.      Dengan tenaga dan kekuatan sendiri, bangsa Indonesia bertekad bulat menentukan nasib bangsa dan tanah air.
Pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno didampingi Moh. Hatta. Pengibaran bendara merah putih yang dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendraningrat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera yang dikibarkan dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Bung Karno. Pengibaran selesai, di lanjutkan dengan pidato yang dibawakan oleh Suwirjo, Walikota Jakarta, dan dr. Moewardi. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia hannya berlangsung 1 jam. Walaupun singkat dan sederhana, peistiwa 17 Agustus 1945 ini membawakan perubahan fundamental bagi bangsa Indonesia.




















BAB III
PENUTUP

Sejarah pergerakan Republik Indonesia tahun 1902 memiliki ciri berifat kederahan mengandalkan perjuangan dengan senjata, waktu perlawanan tidak bersamaan tergantung pada pimpinan, tujuan kurang jelas.
Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia ditandai dengan berdirinya orgnisasi – organisasi yang bergerak dalam berbagai bidang pendidikan, sosial, keagamaan, dan politik seperti Budi Utomo, sarekat Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI, Partai Indonesia Raya (Parindra), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindra), Gabungan Polotik Indonesia (GAPI) berkembang pada tahun 1928 – 1945.
Pada kongres sumpah pemuda yang diketahui Sugondo Joyo Puspito tampil tokoh – tokoh pemuda yang memberi ceramah seperti Moh. Yamin tanggal 27 Oktober 1928 dengan Judul “ Persatuan dan Kebangsaan Indonesia”. Sejarah Republik Indonesia tahun 1945 dalam menuju kemerdekaan melalui peristiwa Rengasdengklok.









Daftar Pustaka

Badrika, I Wayan. 2004. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Jakarta : Erlangga.
Daman, Drs Pozikin. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta : Rajawali.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia. Baru ; Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai nasionalisme. Jakarta : Gramedia.
Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoned Puponegoro. 2010. Sejarah Nasional Edisin Pemutakiran Jilid V dan VI. Jakarta : Balai Pustaka.
Salam, Drs. H. Burhanuddin. 1999. Falsafat Pancasila. Jakarta : Rineka Cipta.


[1]Drs. Rozikin Daman,” Pancasila Dasar Falsafah Negara,”(Jakarta:Rajawali Pers,1992). Hlm:31-32
[2] Drs. Rozikin Daman, “Pancasila Dasar Falsafah Negara,”(Jakarta:Rajawali Pers,1992). Hlm:32
[3]Sartono kartodirdjo,” Pengantar Sejarah Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:26
[4]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah Indonesia Baru ”,(Jakarta:Gramedia). Hlm:27
[5]Ibid, Hlm:29
[6]Nugroho Notosusanto dan Marwati,Sejarah Nasional Edisi Pemutakiran Jilid V dan VI”,(Jakarta:Bali Pustaka). Hlm:47
[9]Nugroho Notosusanto dan Marwati,”Sejarah Nasional Edisi Pemutakiran Jilid V dan VI”,(Jakarta:Balai Pustaka). Hlm:48
[10]Ibid, Hlm:49
[11]Nugroho Notosusanto dan Marwati,”Sejarah Nasional Edisi Pemutakiran jilid Vdan VI”,(Jakarta:Balai Pustaka,2010). Hlm:49
[12]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:30
[13]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia;1992). Hlm:31
[14]Drs. Rozikin Daman,”Pancasila Dasar Falsafah Negara”,(Jakarta:Rajawali Pers,1992). Hlm:34
[15]Sartono Kartodirdjo,”Pengantar Sejarah Indonesia Baru”,(Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:31
[16]Nugroho Susanto dan Marwarti,”Sejarah Nasional Edisi Pemutakiran Jilid V dan VI”,(Jakarta:Balai Pustaka). Hlm:2-3
[17]I Wayan Badrika,”Sejarah Nasional Indonesia dan Umum”,(Jakarta:Erlangga). Hlm:298
[18]Sartono Kartodirdjo,” Pengantar sejarah Indonesia Baru”, (Jakarta:Gramedia,1992). Hlm:35
[19]Ibid, Hlm: 36
[20]I Wayan Badrika,” Sejarah Nasional Indonesia dan Umum”,(Jakarta:Erlangga,2004). Hlm:299 
[21]Drs. H. Burhanudin Salam, Filsafat Dasar Pancasilaisme”,(Jakarta:Rineka Cipta,1996). Hlm:12-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar